1.
Posisi
jepang pada akhir pd 2
Bulan Mei 1945, tentara Australia mendarat di Kalimantan dan
menduduki ladang minyak di sana. Pasukan Britania, Amerika Serikat, dan Cina
mengalahkan Jepang di Burma utara pada bulan Maret, dan Britania mencapai
Rangoon pada tanggal 3 Mei. Pasukan Cina mulai balas menyerang pada Pertempuran
Hunan Barat yang pecah antara 6 April dan 7 Juni 1945. Pasukan Amerika Serikat
juga bergerak ke Jepang, mencaplok Iwo Jima pada bulan Maret, dan Okinawa pada
akhir Juni. Pesawat pengebom Amerika
Serikat menghancurkan kota-kota Jepang dan kapal selam Amerika Serikat memutuskan impor Jepang.
Serikat menghancurkan kota-kota Jepang dan kapal selam Amerika Serikat memutuskan impor Jepang.
Tanggal 11 Juli, para pemimpin Sekutu bertemu di Potsdam,
Jerman. Mereka menyetujui perjanjian awal tentang Jerman, dan menegaskan
tuntutan penyerahan diri semua pasukan Jepang oleh Jepang, dengan menyatakan
bahwa "alternatif bagi Jepang adalah kehancuran dalam waktu singkat".
Saat Jepang terus mengabaikan
persyaratan Potsdam, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan
Nagasaki, Jepang, pada awal Agustus. Di antara kedua pengeboman ini, Soviet,
sesuai perjanjian Yalta, menyerbu Manchuria dudukan Jepang dan dengan cepat
mengalahkan Angkatan Darat Kwantung yang saat itu merupakan pasukan tempur
Jepang terbesar. Pasukan Merah juga
menduduki Pulau Sakhalin dan Kepulauan Kuril. Pada tanggal 15 Agustus 1945,
Jepang menyerah dengan penandatanganan dokumen penyerahan diri di atas geladak
kapal perang Amerika Serikat USS Missouri pada tanggal 2 September 1945,
sehingga mengakhiri perang ini. Adapun dokumen penyerahan diri tersebut juga
meliputi perjanjian yang berisi sebagai berikut:
a.
Kepulauan Jepang diperintah oleh tentara
pendudukan Amerika Serikat (untuk sementara).
b.
Kepulauan Kuril dan Sakhalin Selatan diserahkan
kepada Uni Soviet, sedangkan Manchuria dan Taiwan diserahkan kepada Cina.
Kepulauan Jepang di Pasifik diserahkan kepada Amerika Serikat. Korea akan
dimerdekakan dan untuk sementara waktu dibagi dua wilayah pendudukan dengan
batas 38° lintang utara. Di bagian utara diduduki Uni Soviet, sedangkan di
selatan dikuasai oleh Amerika Serikat.
c.
Penjahat perang harus dihukum.
d.
Jepang harus membayar ganti rugi perang.
2.
Pembentukan
bpupki dan ppki
1. Pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/ BPUPKI
Pada tanggal 1 Maret 1945
panglima tentara ke-16 Letnan Jenderal Kumakichi Harada mengumumkan dibentuknya
suatu Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau disebut
Dokuritsu Junbi Cosakai. Tujuan pembentukan BPUPKI adalah untuk mempelajari dan
menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan segi politik, ekonomi, dan
tata pemerintahan yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara merdeka
Indonesia.
Pengangkatan anggota BPUPKI
yang berjumlah 67 orang diumumkan pada tanggal 29 April 1945. Sebagai ketua
BPUPKI adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat, sebagai wakil ketua diangkat dua
orang, yaitu R.P Suroso dan orang Jepang yang bernama Ichibangase. Upacara
peresmian BPUPKI dilaksanaklan pada tanggal 28 Mei 1945 dihadiri oleh seluruh
anggota dan dua pembesar Jepang yaitu Jenderal Itagaki (Panglima Tentara
Wilayah ke-7 yang bermarkas di Singapura dan membawahi tentara-tentara yang
bertugas di Indonesia) dan Panglima tentara ke-16 yang baruyaitu Letnan
Jenderal Nagano. Sidang-sidang yang dilaksanakan BPUPKI.
a. Sidang I (29 Mei -1 Juni
1945)
Hasil sidang I ini yaitu
membahas rumusan dasar filsafat bagi negara Indonesia merdeka. Pada tanggal 29
Mei 1945 Mr. Muh. Yamin mengusulkan lima asas dan dasar negara Indonesia. Pada
tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sokarno mengucapkan pidato tentang lima asas yang
dikenal dengan istilah Pancasila.
Pada tanggal 22 Juni 1945,
sembilan orang anggota yaitu Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Moh. Yamin, Ahmad
Subarjo, A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakir, Wachid Hasyim, Agus Salim dan
Abikusno Cokrosuyoso membentuk panitia kecil yang merumuskan asas dan tujuan
negara Indonesia merdeka. Rumusan itu dikenal dengan nama Piagam Jakarta yang
kelak setelah mengalami sedikit perubahan ketika dijadikan Pembukaan UUD 1945.
b. Sidang II (10-17 Juli
1945)
Sidang BPUPKI ke-2 ini
merupakan kelanjutan sidang panitia kecil. Hasil sidang yaitu membahas
rancangan hukum dasar yang nantinya setelah Indonesia merdeka disahkan menjadi
UUD 1945.
2. Pembentukan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI
Pada tanggal 7 Agustus 1945
BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya pemerintah pendudukan Jepang membentuk PPKI
(Dokuritsu Junbi Inkai). Sebanyak 21 anggota PPKI yang terpilih tidak hanya
terbatas pada wakil-wakil dari Jawa yang berada di bawah pemerintahan Tentara
Keenambelas, tetapi juga dari berbagai pulau, yaitu : 12 wakil dari Jawa, 3
wakil dari Sumatera, 2 wakil dari Sulawesi, seorang dari Kalimantan, seorang
dari Sunda Kecil (Nusatenggara), seorang dari Maluku dan seorang lagi dari
golongan penduduk Cina. Ir. Sukarno ditunjuk sebagai ketua PPKI dan Drs. Moh.
Hatta ditunjuk sebagai wakil ketuanya. Sedangkan Mr. Ahmad Subardjo ditunjuk
sebagai penasehatnya.
Kepada para anggota PPKI,
Gunseikan Mayor Jenderal Yamamoto menegaskan bahwa para anggota PPKI tidak
hanya dipilih oleh pejabat di lingkungan Tentara Keenambelas, akan tetapi oleh
Jenderal Besar Terauci sendiri yang menjadi penguasa perang tertinggi di
seluruh Asia Tenggara.
Dalam rangka pengangkatan
itulah, Jenderal Besar Terauci memanggil tiga tokoh Pergerakan Nasional, yaitu
Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman Wediodiningrat. Pada tanggal 9
Agustus 1945 mereka berangkat menuju markas besar Terauci di Dalat, Vietnam
Selatan. Dalam pertemuan di Dalat pada tanggal 12 Agustus 1945 Jenderal Besar
Terauci menyampaikan kepada ketiga tokoh itu bahwa Pemerintah Kemaharajaan
telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Pelaksaaannya
setelah persiapan selesai. Wilayah Indonesia yaitu meliputi seluruh
Hindia-Belanda. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Ketika ketiga tokoh itu
berangkat kembali menuju Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang telah
dibom atom oleh Sekutu di kota Hirosima dan Nagasaki. Bahkan Uni Soviet
mengingkari janjinya dan menyatakan perang terhadap Jepang seraya melakukan
penyerbuan ke Manchuria. Dengan demikian dapat diramalkan bahwa kekalahan
Jepang akan segera terjadi.
3.
Penyerahan
jepang pada sekutu
Menyerahnya Jepang
pada bulan Agustus 1945 menandai akhir Perang Dunia II. Angkatan Laut
Kekaisaran Jepang secara efektif sudah tidak ada sejak Agustus 1945, sementara
invasi Sekutu ke Jepang hanya tinggal waktu. Walaupun keinginan untuk melawan
hingga titik penghabisan dinyatakan secara terbuka, pemimpin Jepang dari Dewan Penasihat
Militer Jepang secara pribadi memohon Uni Soviet untuk berperan sebagai
mediator dalam perjanjian damai dengan syarat-syarat yang menguntungkan Jepang.
Sementara itu, Uni Soviet juga bersiap-siap untuk menyerang Jepang dalam usaha
memenuhi janji kepada Amerika Serikat dan Inggris di Konferensi Yalta.
Pada 6 Agustus dan 9 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan
bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Pada 9 Agustus, Uni Soviet melancarkan
penyerbuan mendadak ke koloni Jepang di Manchuria (Manchukuo) yang melanggar
Pakta Netralitas Soviet–Jepang. Kaisar Hirohito campur tangan setelah terjadi
dua peristiwa mengejutkan tersebut, dan memerintahkan Dewan Penasihat Militer
untuk menerima syarat-syarat yang ditawarkan Sekutu dalam Deklarasi Potsdam.
Setelah berlangsung perundingan di balik layar selama beberapa hari, dan kudeta
yang gagal, Kaisar Hirohito menyampaikan pidato radio di hadapan rakyat pada 15
Agustus 1945. Dalam pidato radio yang disebut Gyokuon-hōsō (Siaran Suara
Kaisar), Hirohito membacakan Perintah Kekaisaran tentang kapitulasi, sekaligus
mengumumkan kepada rakyat bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
Pendudukan Jepang oleh Komandan Tertinggi Sekutu dimulai
pada 28 Agustus. Upacara kapitulasi diadakan pada 2 September 1945 di atas
kapal tempur Amerika Serikat Missouri. Dokumen Kapitulasi Jepang yang
ditandatangani hari itu oleh pejabat pemerintah Jepang secara resmi mengakhiri
Perang Dunia II. Penduduk sipil dan anggota militer di negara-negara Sekutu
merayakan Hari Kemenangan atas Jepang (V-J Day). Walaupun demikian, sebagian
pos komando terpencil dan personel militer dari kesatuan di pelosok-pelosok
Asia menolak untuk menyerah selama berbulan-bulan bahkan hingga bertahun-tahun
setelah Jepang menyerah. Sejak kapitulasi Jepang, sejarawan terus berdebat
tentang etika penggunaan bom atom. Perang antara Jepang dan Sekutu secara resmi
berakhir ketika Perjanjian San Francisco mulai berlaku pada tanggal 28 April
1952.
4.
Perbedaan
pandangan antara pemuda dengan soekarno, hatta dkk, dalam pelaksanaan
proklamasi kemerdekaan
Akibat menyerahnya Jepang kepada Sekutu , di Indonesia terjadi Vacuum of
Power artinya tidak ada satupun pemerintah yang berkuasa di Indonesia.
Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan sebaik - baiknya oleh Bangsa Indonesia
untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Setelah mengetahui bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, para pemuda
segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta.
Dalam pertemuan itu Sutan Syahrir sebagai juru bicara para pemuda agar meminta
Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada saat itu juga, lepas dari campur tangan Jepang. Namun, Bung
Karno tidak menyetujui usul dari para pemuda dengan alasan bahwa ia baru pulang
dari Dalat, Vietnam. Dengan demikian, usaha parapemuda dan juru bicara Sutan
Syahrir untuk membujuk Ir.Soekarno agar segera memproklamasikan Indonesia
mengalami kegagalan.
Karena belum berhasil membujuk Bung Karno, maka pada tanggal 15 Agustus
1945 pukul 20.00 WIB para pemuda kembali mengadakan rapat di Laboratorium
Bakteriologi yang dipimpin oleh Chaerul Shaleh. Keputusan rapat mengajukan
tuntutan radikal yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan
persoalan rakyat Indonesia sendiri dan tidak dapat digantungkan pada orang dan
kerajaan lain. Sebaliknya, diharapkan diadakan suatu perundingan dengan
Ir.Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta agar segera menyatakan proklamasi. Hasil
keputusan rapat disampaikan kepada Bung Karno pada pukul 22.00 WIB oleh Darwis
dan Wikana . Wikana menghendaki agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dinyatakan
oleh Bung Karno pada tanggal 16 Agustus 1945.Mereka mengancam akan terjadi
pertumpahan darah jika keinginana itu tidak dilaksanakan . Mendengar ancaman
itu, Bung Karno marah Bung Karno sebagai ketua PPKI tidak dapat melepaskan
tanggung jawabnya, sehingga bersikeras ingin membicarakan terlebih dahulu
dengan anggota PPKI lainnya. Perbedaan pendapat tersebut sebagai berikut :
a. Golongan Muda
· Menghendaki Proklamasi
Kemerdakaan Indonesia diselenggarakan secepatnya tanggal 16 Agustus 1945
· Menghendaki Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia terlepas dari pengaruh Jepang
· Menganggap PPKI buatan Jepang
· Menganggap golongan tua
sangat lamban
b. Golongan Tua
· Menghendaki cepat atau
lambat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak penting, tetapi pada dasarnaya
Proklamasi harus disiapkan secara matang
· Menghendaki Indonesia
dapat merdeka tanpa pertumpahan darah
· Menghendaki proses
Proklamasi Kemerdekaan melalui rapat PPKI
· Golongan tua lebih bersikap
hati – hati
5.
Peristiwa
rengasdengklok
Sekitar pukul 12.00 kedua
utusan meninggalkan halaman rumah Ir. Sukarno dengan diliputi perasaan kesal
memikirkan sikap dan perkataan sukarno-Hatta. Sesampainya mereka di tempat
rapat, mereka melaporkan semuanya. Menanggapi hal itu kembali golongan muda
mengadakan rapat dini hari tanggal 16 Agustus 1945 di asrama Baperpi, Jalan
Cikini 71, Jakarta. Selain dihadiri oleh para pemuda yang mengikuti rapat
sebelumnya, rapat ini juga dihadiri juga oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi
dari Barisan Pelopor dan Shudanco Singgih dari Daidan PETA Jakarta Syu. Rapat
ini membuat keputusan “menyingkirkan Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta ke luar
kota dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang”. Untuk
menghindari kecurigaan dari pihak Jepang, Shudanco Singgih mendapatkan
kepercayaan untuk melaksanakan rencana tersebut.
Rencana ini berjalan lancar
karena mendapatkan dukungan perlengkapan Tentara PETA dari Cudanco Latief
Hendraningrat yang pada saat itu sedang menggantikan Daidanco Kasman
Singodimedjo yang sedang bertugas ke Bandung. Maka pada tanggal 16 Agustus 1945
pukul 04.30 waktu Jawa sekelompok pemuda membawa Ir. Sukarno dan Drs. Moh.
Hatta ke luar kota menuju Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di pantai utara
Kabupaten Karawang. Alasan yang mereka kemukakan ialah bahwa keadaan di kota
sangat genting, sehingga keamanan Sukarno-Hatta di dalam kota sangat
dikhawatirkan. Tempat yang dituju merupakan kedudukan sebuah cudan (kompi)
tentara PETA Rengasdengklok dengan komandannya Cudanco Subeno.
Sehari penuh Sukarno dan
Hatta berada di Rengasdengklok. Kewibawaan yang besar dari kedua tokoh ini
membuat para pemuda segan untuk melakukan penekanan lebih jauh. Namun dalam
suatu pembicaraan berdua dengan Ir. Sukarno, Shudanco Singgih beranggapan
Sukarno bersedia untuk menyatakan proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta.
Oleh karena itulah Singgih pada tengah hari itu kembali ke Jakarta untuk
menyampaikan rencana proklamasi kepada kawan-kawannya.
Sementara itu di Jakarta
para anggota PPKI yang diundang rapat pada tanggal 16 agustus memenuhi
undangannya dan berkumpul di gedung Pejambon 2. Akan tetapi rapat itu tidak
dapat dihadiri oleh pengundangnya Sukarno-Hatta yang sedang berada di
Rengasdengklok. Oleh karena itu mereka merasa heran. Satu-satu jalan untuk
mengetahui mereka adalah melalui Wikana salah satu utusan yang bersitegang
dengan Sukarno-Hatta malam harinya. Oleh karena itulah Mr. Ahmad Subardjo
mendekati Wikana. Selanjutnya antara kedua tokoh golongan tua dan tokoh
golongan muda itu tercapai kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus
dilaksanakan di Jakarta.
Karena adanya kesepakatan
itu, maka Jusuf Kunto dari golongan muda bersedia mengantarkan Mr. Ahmad
Subardjo bersama sekretarisnya, Sudiro (Mbah) ke Rengasdengklok. Rombongan ini
tiba pada pukul 18.00 waktu Jawa. Selanjutnya Ahmad Subardjo memberikan jaminan
dengan taruhan nyawa bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada keesokan
harinya tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan adanya
jaminan itu, maka komandan kompi PETA Rengasdengklok, Cudanco Subeno bersedia
melepaskan Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta kembali ke Jakarta.
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/10/peristiwa-rengasdengklok.html
6.
Peristiwa
perumusan teks proklamasi
Rombongan tiba kembali di
Jakarta pada pukul 23.30 waktu Jawa. Setelah Sukarno dan Hatta singgah di rumah
masing-masing rombongan kemudian menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol No. 1, Jakarta (sekarang Perpustakaan Nasional). Hal itu juga disebabkan
Laksamana Tadashi Maeda telah menyampaikan kepada Ahmad Subardjo (sebagai salah
satu pekerja di kantor Laksamana Maeda) bahwa ia menjamin keselamatan mereka
selama berada di rumahnya.
Sebelum mereka memulai
merumuskan naskah proklamasi, terlebih dahulu Sukarno dan Hatta menemui
Somubuco (Kepala Pemerintahan Umum) Mayor Jenderal Nishimura, untuk menjajagi
sikapnya mengenai Proklamasi Kemerdekaan. Mereka ditemani oleh Laksamana Maeda,
Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi sebagai penterjemah.
Pertemuan itu tidak mencapai kata sepakat. Nishimura menegaskan bahwa garis
kebijakan Panglima Tentara Keenambelas di Jawa adalah “dengan menyerahnya
Jepang kepada sekutu berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan
lagi merubah status quo (status politik Indonesia).
Sejak tengah hari
sebelumnya tentara Jepang semata-mata sudah merupakan alat Sekutu dan
diharuskan tunduk kepada sekutu”. Berdasarkan garis kebijakan itu Nishimura
melarang Sukarno-Hatta untuk mengadakan rapat PPKI dalam rangka proklamasi
kemerdekaan.
Sampailah Sukarno-Hatta
pada kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan kemerdekaan Indonesia
dengan pihak Jepang. Akhirnya mereka hanya mengharapkan pihak Jepang tidak
menghalang-halangi pelaksanaan proklamasi yang akan dilaksanakan oleh rakyat
Indonesia sendiri.
Maka mereka kembali ke
rumah Laksamana Maeda. Sebagai tuan rumah Maeda mengundurkan diri ke lantai
dua. Sedangkan di ruang makan, naskah proklamasi dirumuskan oleh tiga tokoh
golongan tua, yaitu : Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo.
Peristiwa ini disaksikan oleh Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura,
bersama dengan tiga orang tokoh pemuda lainnya, yaitu : Sukarni, Mbah Diro dan
B.M. Diah. Sementara itu tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan muda maupun
golongan tua menunggu di serambi muka.
Ir. Sukarno yang menuliskan
konsep naskah proklamasi, sedangkan Drs. Moh. Hatta dan Mr Ahmad Subardjo
menyumbangkan pikiran secara lisan. Kalimat pertama dari naskah proklamasi
merupakan saran dari Mr. Ahmad Subardjo yang diambil dari rumusan BPUPKI. Sedangkan
kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran dari Drs. Moh. Hatta. Hal itu
disebabkan menurut beliau perlu adanya tambahan pernyataan pengalihan kekuasaan
(transfer of sovereignty). Sehingga naskah proklamasi yang dihasilkan adalah
sebagai berikut :
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia
dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-2 jang mengenai
pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselengarakan dengan tjara seksama dan dalam
tempoh jang sesingkat-singkatnja
Djakarta, 17 – 8 –‘05
Wakil-2 bangsa Indonesia,
Pada pukul 04.30 waktu Jawa
konsep naskah proklamasi selesai disusun. Selanjutnya mereka menuju ke serambi
muka menemui para hadirin yang menunggu. Ir. Sukarno memulai membuka pertemuan
dengan membacakan naskah proklamasi yang masih merupakan konsep tersebut. Ir.
Sukarno meminta kepada semua hadirin untuk menandatangani naskah proklamasi
selaku wakil-wakil bangsa Indonesia.
Pendapat itu diperkuat oleh
Moh. Hatta dengan mengambil contoh naskah “Declaration of Independence” dari
Amerika Serikat. Usulan tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh pemuda. Karena
mereka beranggapan bahwa sebagian tokoh-tokoh tua yang hadir adalah
“budak-budak” Jepang. Selanjutnya Sukarni, salah satu tokoh golongan muda,
mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi cukup Sukarno-Hatta atas
nama bangsa Indonesia.
Setelah usulan Sukarni itu
disetujui, maka Ir. Sukarno meminta kepada Sajuti Melik untuk mengetik naskah
tulisan tangan Sukarno tersebut, dengan disertai perubahan-perubahan yang telah
disepakati. Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah ketikan Sajuti Melik,
yaitu : kata “tempoh” diganti “tempo”, sedangkan kata “wakil-wakil bangsa
Indonesia” diganti dengan “Atas nama bangsa Indonesia”. Perubahan juga
dilakukan dalam cara menuliskan tanggal, yaitu “Djakarta, 17-8-05” menjadi
“Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”. Sehingga naskah proklamasi ketikan
Sajuti Melik itu, adalah sebagai berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia
dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan
kekoeasaan d.l.l., diselengarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang
sesingkat-singkatnja
Djakarta, hari 17 boelan 8
tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia,
Soekarno/Hatta
(tandatangan Sukarno)
(tandatangan Hatta)
Selanjutnya timbul
persoalan dimanakah proklamasi akan diselenggarakan. Sukarni mengusulkan bahwa
Lapangan Ikada (sekarang bagian tenggara lapangan Monumen Nasional) telah
dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan
naskah Proklamasi. Namun Ir. Sukarno menganggap lapangan Ikada adalah salah
satu lapangan umum yang dapat menimbulkan bentrokan antara rakyat dengan pihak
militer Jepang. Oleh karena itu Bung Karno mengusulkan agar upacara proklamasi
dilaksanakan di rumahnya, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 dan disetujui oleh
para hadirin.
7.
Menganalisis
peristiwa proklamasi 17 agt 45
A. PELAKSANAAN PROKLAMASI
KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945
Pada pukul 05.00 waktu Jawa
tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin Indonesia dari golongan tua dan golongan
muda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Mereka pulang ke rumah masing-masing
setelah berhasil merumuskan naskah proklamasi. Mereka telah sepakat untuk
memproklamasikan kemerdekaan pada pukul 10.30 waktu Jawa atau pukul 10.00 WIB
sekarang. Sebelum pulang Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di
kantor berita dan pers, utamanya B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi
dan menyiarkannya ke seluruh dunia.
Pagi hari itu, rumah Ir.
Sukarno dipadati oleh sejumlah massa pemuda yang berbaris dengan tertib. Untuk
menjaga keamanan upacara pembacaan proklamasi, dr. Muwardi (Kepala Keamanan Ir.
Sukarno) meminta kepada Cudanco Latief Hendraningrat untuk menugaskan anak
buahnya berjaga-jaga di sekitar rumah Ir. Sukarno. Sedangkan Wakil Walikota
Suwirjo memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk mempersiapkan pengeras suara. Untuk
itu Mr. Wilopo dan Nyonopranowo pergi ke rumah Gunawan pemilik toko radio
Satria di Jl. Salemba Tengah 24, untuk meminjam mikrofon dan pengeras suara.
Sudiro yang pada waktu itu
juga merangkap sebagai sekretaris Ir. Sukarno memerintahkan kepada S. Suhud
(Komandan Pengawal Rumah Ir. Sukarno) untuk menyiapkan tiang bendera. Suhud
kemudian mencari sebatang bambu di belakang rumah. Bendera yang akan dikibarkan
sudah dipersiapkan oleh Nyonya Fatmawati.
Menjelang pukul 10.30 para
pemimpin bangsa Indonesia telah berdatangan ke Jalan Pegangsaan Timur. Diantara
mereka nampak Mr. A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H. Mas
Mansur, Mr. Sartono, M. Tabrani, A.G. Pringgodigdo dan sebagainya. Adapun
susunan acara yang telah dipersiapkan adalah sebagai berikut:
Pertama, Pembacaan
Proklamasi;
Kedua, Pengibaran Bendera
Merah Putih;
Ketiga, Sambutan Walikota
Suwirjo dan Muwardi.
Lima menit sebelum acara
dimulai, Bung Hatta datang dengan berpakaian putih-putih. Setelah semuanya
siap, Latief Hendraningrat memberikan aba-aba kepada seluruh barisan pemuda dan
mereka pun kemudian berdiri tegak dengan sikap sempurna. Selanjutnya Latif
mempersilahkan kepada Ir. Sukarno dan Moh. Hatta. Dengan suara yang mantap Bung
Karno mengucapkan pidato pendahuluan singkat yang dilanjutkan dengan pembacaan
teks proklamasi.
Acara dilanjutkan dengan
pengibaran bendera Merah Putih. S. Suhud mengambil bendera dari atas baki yang
telah disediakan dan mengikatkannya pada tali dengan bantuan Cudanco Latif
Hendraningrat. Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa dikomando para hadirin
spontan menyanyikan Indonesia Raya. Acara selanjutnya adalah sambutan dari
Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Berita proklamasi yang
sudah meluas di seluruh Jakarta disebarkan ke seluruh Indonesia. Pagi hari itu
juga, teks proklamsi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor
Berita Domei, Waidan B. Palenewen. Segera ia memerintahkan F. Wuz untuk
menyiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz menyiarkan berita
itu, masuklah orang Jepang ke ruangan radio. Dengan marah-marah orang Jepang
itu memerintahkan agar penyiaran berita itu dihentikan. Tetapi Waidan
memerintahkan kepada F. Wuz untuk terus menyiarkannya. Bahkan berita itu
kemudian diulang setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran radio itu
berhenti. Akibatnya, pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk
meralat berita itu. Dan pada hari Senin tanggal 20 Agustus 1945 pemancar itu
disegel dan pegawainya dilarang masuk.
Walaupun demikian para tokoh
pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru dengan bantuan
beberapa orang tehnisi radio, seperti : Sukarman, Sutamto, Susilahardja dan
Suhandar. Sedangkan alat-alat pemancar mereka ambil bagian-demi bagian dari
kantor betita Domei, kemudian dibawa ke Jalan Menteng 31. Maka terciptalah
pemancar baru di Jalan Menteng 31. Dari sinilah seterusnya berita proklamasi
disiarkan.
Selain lewat radio, berita
proklamasi juga disiarkan lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian
di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi
dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.
B. MAKNA PROKLAMASI BAGI
BANGSA INDONESIA
Pada tanggal 17 Agustus
1945 jam 10.00 hari Jum’at dibacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang
sebelumnya dilakukan pengibaran bendera Merah Putih dan sambutan Walikota
Soewiryo dan dr Muwardi. Peristiwa besar itu hanya berlangsung selama kurang
lebih satu jam dengan penuh khidmat, sekalipun sangat sederhana namun membawa
perubahan yang luar biasa dalam kehidupan bangsa Indonesia yaitu Indonesia
bebas dari belenggu penjajah.
8.
Mengevaluasi
berbagai bentuk sambutan masyarakat terhadap proklamasi
1. Di Tingkat Pusat
Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno
berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita,
terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke
seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk
menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah
menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada
tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian
Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis) menyiarkan berita
proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran
berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara
Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan
sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh
Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda tidak kehilangan akal
dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio yang
diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit
pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari sinilah berita Proklamasi
Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan surat selebaran.
Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945
memuat berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia. Demikianlah
sambutan masyarakat dan usaha-usaha para pemuda di pusat dalam menyebarluaskan
berita proklamasi ke seluruh pelosok Tanah Air.
2. Di Tingkat Daerah
Rakyat menyambut berita proklamasi dengan semangat perjuangan
yang tinggi, dibuktikan dengan pelucutan senjata tentara Jepang, pengambilan
kekuasaan, semangat membara untuk terus berjuang merebut dan mempertahankan
kemerdekaan.
Rakyat di daerah-daerah mulanya tidak percaya bahwa Indonesia
telah merdeka. Namun, setelah yakin akan kebenaran berita itu, luapan
kegembiraan muncul di mana-mana. Di Jawa Tengah berita Proklamasi diterima
melalui radio Domei Sementara. Oleh Syarief Sulaiman dan M.S. Mintarjo berita
tersebut dibawa ke gedung Hokokai yang saat itu sedang dilaksanakan sidang di
bawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Setelah copy teks Proklamasi dibacakan, para
peserta sidang bertepuk tangan penuh gembira, kemudian secara serentak mereka
menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Berita
Proklamasi kemudian disiarkan lewat radio Semarang. Masyarakat Jawa Tengah
dengan cepat dapat menerima berita tersebut. Kemudian, pada tanggal 19 Agustus
1945, diadakan rapat raksasa untuk menguatkan pengumuman pengambilan kekuasaan
di Semarang. Setelah itu, di daerah Brebes, Pekalongan, dan Tegal terjadi
pemberontakan. Rakyat di tiga daerah tersebut menyerang para pamong praja dan
pegawai pemerintah yang dianggap sebagai penyebab kesengsaraan rakyat.
Di
daerah-daerah luar Jawa berita Proklamasi terlambat diterima oleh rakyat. Hal
ini disebabkan karena sarana komunikasi yang cukup sulit. Di Medan, berita
Proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan yang diangkat sebagai gubernur daerah
Sumatera. Mendengar berita ini, kemudian
dipelopori oleh Achmad Tahir dibentuk Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4
Oktober, mereka berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut
senjata dari tangan Jepang.
Di
daerah-daerah lain pun melakukan penyambutan yang tidak jauh berbeda, yakni
sebagai berikut:
a. Mula-mula
rakyat tidak percaya terhadap adanya berita Proklamasi.
b. Luapan
kegembiraan rakyat menyambut kemerdekaan Indonesia.
c. Mengadakan
rapat-rapat raksasa.
d. Para pemuda
membentuk angkatan muda Indonesia.
e. Upaya
pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang.
f. Upaya merebut
gedung-gedung dan kantor pemerintahan.
g. Merebut
persenjataan dari tangan Jepang.
h. Tekad untuk
tetap mempertahankan kemerdekaan.
Disamping melalui siaran radio, surat selebaran, berita
proklamasi secara resmi juga dibawa oleh para utusan yang kebetulan menghadiri
Sidang PPKI dan menyaksikan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal
17 Agustus 1945 di Jakarta, yaitu :
·
Teuku Muhammad Hassan (diangkat menjadi Gubernur
Sumatera)
·
Sam Ratulangi (diangkat menjadi Gubernur Sulawesi)
·
Ketut Pujo (diangkat menjadi Gubernur Nusa Tenggara)
·
P. Mohammad Noor (diangkat menjadi Gubernur
Kalimantan)
Kedatangan para utusan di daerah masing-masing disambut
dengan penuh kegembiraan dan diikuti berbagai upacara yang meriah.
https://syahrulprasetyo.wordpress.com/2013/04/08/reaksi-rakyat-indonesia-atas-kemerdekaan-indonesia/
0 comments:
Post a Comment